Senin, 06 Februari 2017

SAYA TIDAK BERGANTUNG DENGAN NASI

Nasi adalah makanan pokok orang Indonesia, termasuk saya.
Mulai dari kecil hingga dewasa saya tidak bisa lepas dengan yang namanya nasi.
Nasi selalu hadir diatas meja makan saya.



Sekitar tahun 2005 ketika usia saya 40 tahun, saya mulai belajar tidak hanya bergantung kepada nasi, ada bermacam macam sumber karbohidrat lainnnya seperti: jagung, kentang, sagu, roti/terigu, ketela , ubi jalar, ganyong, klerut, sukun dan lain lain yang kalau disebutkan akan banyak sekali karena Indonesia kaya akan bahan makanan tersebut.

Tersiksa rasanya…, benar seperti apa yang dikatakan hampir semua orang bahwa kalau tidak makan nasi seperti belum makan. Bahkan makan lontong belum kenyang kalau belum makan nasi. Padahal nasi dan lontong sama-sama terbuat dari beras. aneh tapi nyata bukan?.
Saya mengakui bahwa rasa kenyang selain nasi itu masih terasa belum kenyang di perut hingga saya harus mencari nasi walaupun sudah makan sumber karbohidrat lainnya. Dan kalau sudah makan nasi rasanya plong, kenyang, pas, mantap. Bahkan dahulu saya tidak bisa tidur sebelum meyantap nasi.

Mungkin apa yang saya rasakan dirasakan oleh orang lain, saya juga tidak mengingkarinya kalau perpaling dari nasi itu sangat sulit.
Kalau kita pikir berarti nasi itu membuat orang ketagihan …ya seperti itulah yang saya rasakan.
Awalnya dalam sebulan saya makan nasi dan selingan karbohidrat lainnya lainnya secara bergantian, terus saya coba 3 hari berturut turut tanpa nasi, seminggu dan paling lama sebulan. Akhirnya sekarang saya bebas memilih sumber karbohidrat yang bervasiasi itu. Yang saya rasakan sekarang adalah perasaan kenyang yang sama antara nasi dengan lainnya. Saya pernah mencoba beberapa kali hanya makan sayur dan buah saja selama 3 hari berturut turut dan aman aman saja. Bahkan melakukan percobaan terhadap saya sendiri seperti cerita dibawah ini.


Saya Hanya Makan Buah – Buahan Bersepeda Semarang – Borobudur PP

Ini percobaan yang saya lakukan terhadap diri sendiri. Pada tahun 2013 ketika usia 48 tahun, saya  melakukan perjalanan bersama beberapa kawan bersepeda Semarang -  Candi Borobudur Magelang pulang pergi. Saya sudah memberitahu kawan kawan kalau saya akan makan buah saja selama perjalanan. Perjalanan ditambah menginap dan wisata Candi Borobudur adalah 33 jam atau dua siang hari dan satu malam.


Selama perjalanan itu saya hanya makan buah saja. Saya membawa buah  kurma, apel, jeruk dan pir. Kebetulan buah tersebut yang saya bawa. Hari pertama perjalanan mengayuh sepeda dari Semarang sampai Borobudur hanya makan buah masih tidak ada halangan. Jam 4 sore kita sampai di Borobudur dan mencari penginapan yang gratis , kemana lagi kalau tidak di Masjid ..he he. Sebelum sholat maghrib  kawan kawan beli nasi bungkus dengan  ayam goreng, mereka makan dengan lahap dan saya  masih bertahan hanya  makan  buah-buahan saja. Rasanya kepingin sekali membatalkan niat. Tetapi saya masih bertahan.



Nasib lagi mujur, setelah sholat Isa’, masjid yang kita jadikan tempat penginapan mengadakan selamatan. Alhamdulillah…kami diberi nasi kotak oleh pengurus masjid. Teman teman makan untuk yang kedua kalinya…dan habis tanpa tersisa. Sedangkan saya ngaplo istilah jawa. Saya masih bertahan, menolak dengan halus…saya sudah makan mas...matur suwun.
Saatnya mau tidur. saya memang masih merasa lapar walaupun sudah makan buah….  Namun saya akhirnya bisa tidur mungkin karena capek mengayuh sepeda seharian.




Paginya kita sempatkan berwisata ke Candi Borobudur. Sebelum berangkat ke Candi saya  sarapan buah lagi. Lalu kita melanjutkan pulang ke Semarang.



Awal perjalanan pulang saya masih kuat. Tetapi 2 km sebelum pasar  Secang sekitar jam 11 siang, saya mengayuh sepeda seperti terasa berat….berat sekali, sepertinya kaki ini tidak bertenaga. Otak saya  memerintahkan ayo genjot, ayo kayuh…. kamu kuat tetapi kenyataannya kaki saya lemas dan tangan juga lemas. Walau begitu saya masih bisa mengayuh dengan perlahan, sesampai di pasar depan terminal Secang tubuhku agak sempoyongan dan bergetar. Saya berhenti tepat didepan pasar dan membeli buah pisang. Buah pisang  mengandung kalori tinggi pikir saya. Makan 3 biji pisang….tenaga belum pulih,butuh waktu untuk menjadi tenaga. Saya kuatkan untuk melanjutka perjalanan, sekarang jalannya menanjak dan saya merasakan lapar sekali, lapar yang luar biasa.



 Saya tetap  mengayuh sepeda sambil sambil tengok kanan kiri mencari warung makan. Ketemu warung lontong tahu. Singkat kata satu porsi lontong tahu saya makan dengan lahap….enak pol lalu istirahat sejenak agar isi perut melorot. Wow setelah itu saya tidak lemas dan tidak gemetaran lagi. Lontong tahu ini yang mengantarkan saya sampai kembali ke Semarang. O… ternyata kekuatan tubuh saya hanya sampai di situ.


Itulah pengalaman saya.

Salam Sehat

Rusman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar