SAYA TIDAK BERGANTUNG DENGAN NASI
Nasi adalah makanan pokok orang Indonesia, termasuk saya.
Mulai dari kecil hingga dewasa saya tidak bisa lepas dengan
yang namanya nasi.
Nasi selalu hadir diatas meja makan saya.
Sekitar tahun 2005 ketika usia saya 40 tahun, saya mulai
belajar tidak hanya bergantung kepada nasi, ada bermacam macam sumber
karbohidrat lainnnya seperti: jagung, kentang, sagu, roti/terigu, ketela , ubi
jalar, ganyong, klerut, sukun dan lain lain yang kalau disebutkan akan banyak
sekali karena Indonesia kaya akan bahan makanan tersebut.
Tersiksa rasanya…, benar seperti apa yang dikatakan hampir semua
orang bahwa kalau tidak makan nasi seperti belum makan. Bahkan makan lontong
belum kenyang kalau belum makan nasi. Padahal nasi dan lontong sama-sama
terbuat dari beras. aneh tapi nyata bukan?.
Saya mengakui bahwa rasa kenyang selain nasi itu masih
terasa belum kenyang di perut hingga saya harus mencari nasi walaupun sudah
makan sumber karbohidrat lainnya. Dan kalau sudah makan nasi rasanya plong, kenyang,
pas, mantap. Bahkan dahulu saya tidak bisa tidur sebelum meyantap nasi.
Mungkin apa yang saya rasakan dirasakan oleh orang lain,
saya juga tidak mengingkarinya kalau perpaling dari nasi itu sangat sulit.
Kalau kita pikir berarti nasi itu membuat orang ketagihan
…ya seperti itulah yang saya rasakan.
Awalnya dalam sebulan saya makan nasi dan selingan
karbohidrat lainnya lainnya secara bergantian, terus saya coba 3 hari berturut
turut tanpa nasi, seminggu dan paling lama sebulan. Akhirnya sekarang saya bebas
memilih sumber karbohidrat yang bervasiasi itu. Yang saya rasakan sekarang
adalah perasaan kenyang yang sama antara nasi dengan lainnya. Saya pernah mencoba
beberapa kali hanya makan sayur dan buah saja selama 3 hari berturut turut dan aman
aman saja. Bahkan melakukan percobaan terhadap saya sendiri seperti cerita
dibawah ini.
Saya Hanya Makan Buah –
Buahan Bersepeda Semarang – Borobudur PP
Ini percobaan yang saya lakukan terhadap diri sendiri. Pada
tahun 2013 ketika usia 48 tahun, saya melakukan
perjalanan bersama beberapa kawan bersepeda Semarang - Candi Borobudur Magelang pulang pergi. Saya sudah
memberitahu kawan kawan kalau saya akan makan buah saja selama perjalanan.
Perjalanan ditambah menginap dan wisata Candi Borobudur adalah 33 jam atau dua
siang hari dan satu malam.
Selama perjalanan itu saya hanya makan buah saja. Saya membawa
buah kurma, apel, jeruk dan pir.
Kebetulan buah tersebut yang saya bawa. Hari pertama perjalanan mengayuh sepeda
dari Semarang sampai Borobudur hanya makan buah masih tidak ada halangan. Jam 4
sore kita sampai di Borobudur dan mencari penginapan yang gratis , kemana lagi
kalau tidak di Masjid ..he he. Sebelum sholat maghrib kawan kawan beli nasi bungkus dengan ayam goreng, mereka makan dengan lahap dan
saya masih bertahan hanya makan buah-buahan saja. Rasanya kepingin sekali
membatalkan niat. Tetapi saya masih bertahan.
Nasib lagi mujur, setelah sholat Isa’, masjid yang kita
jadikan tempat penginapan mengadakan selamatan. Alhamdulillah…kami diberi nasi
kotak oleh pengurus masjid. Teman teman makan untuk yang kedua kalinya…dan
habis tanpa tersisa. Sedangkan saya ngaplo istilah jawa. Saya masih bertahan,
menolak dengan halus…saya sudah makan mas...matur suwun.
Saatnya mau tidur. saya memang masih merasa lapar walaupun
sudah makan buah…. Namun saya akhirnya
bisa tidur mungkin karena capek mengayuh sepeda seharian.
Paginya kita sempatkan berwisata ke Candi Borobudur. Sebelum
berangkat ke Candi saya sarapan buah
lagi. Lalu kita melanjutkan pulang ke Semarang.
Awal perjalanan pulang saya masih kuat. Tetapi 2 km sebelum pasar
Secang sekitar jam 11 siang, saya
mengayuh sepeda seperti terasa berat….berat sekali, sepertinya kaki ini tidak
bertenaga. Otak saya memerintahkan ayo
genjot, ayo kayuh…. kamu kuat tetapi kenyataannya kaki saya lemas dan tangan juga
lemas. Walau begitu saya masih bisa mengayuh dengan perlahan, sesampai di pasar
depan terminal Secang tubuhku agak sempoyongan dan bergetar. Saya berhenti
tepat didepan pasar dan membeli buah pisang. Buah pisang mengandung kalori tinggi pikir saya. Makan 3
biji pisang….tenaga belum pulih,butuh waktu untuk menjadi tenaga. Saya kuatkan
untuk melanjutka perjalanan, sekarang jalannya menanjak dan saya merasakan
lapar sekali, lapar yang luar biasa.
Saya tetap mengayuh sepeda sambil sambil tengok kanan
kiri mencari warung makan. Ketemu warung lontong tahu. Singkat kata satu porsi
lontong tahu saya makan dengan lahap….enak pol lalu istirahat sejenak agar isi
perut melorot. Wow setelah itu saya tidak lemas dan tidak gemetaran lagi.
Lontong tahu ini yang mengantarkan saya sampai kembali ke Semarang. O… ternyata
kekuatan tubuh saya hanya sampai di situ.
Itulah pengalaman saya.
Salam Sehat
Rusman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar